oleh

GenBI dan IMF : Tingkatkan Peran Generasi Muda dalam Dunia Industri

Penulis : Irene Karisa D.D

Komunitas Penerima Beasiswa Bank Indonesia, Generasi Baru Indonesia (GenBI) berkesempatan untuk mengikuti seluruh rangkaian International Monetary Fund (IMF) dan World Bank (WB) Annual Meetings 2018 di Nusa Dua, Bali. Salah rangkaian acara yang dilaksanakan adalah IMF Youth Dialogue yang bertajuk “Youth at Work”. Acara ini membahas mengenai peran anak muda dalam dunia industri.

IMF berlangsung pada 8 – 14 Oktober 2018. Para bankir sentral, menteri keuangan dan pembangunan, eksekutif sektor swasta, perwakilan dari organisasi masyarakat sipil serta para akademisi turut hadir sebagai tamu undangan dalam International Monetary Fund (IMF) dan World Bank (WB) annual meetings. Pada kesempatan IMF kali ini, Bank Indonesia mengajak 12 orang perwakilan GenBI yang berasal dari 8 perguruan tinggi negeri di Indonesia. Mereka berkesempatan untuk mengikuti seluruh rangkaian acara. Salah satunya yaitu IMF Youth Dialogue yang bertajuk “Youth at Work”.

Dialog tersebut membahas tentang bagaimana anak muda dapat menemukan pekerjaan dan tujuan, dilihat dari beberapa dimensi yaitu tren di pasar, tenaga kerja, peran gender, dan informalitas, serta implikasi ekonomi dan sosial mereka. Sesi IMF dibawakan oleh beberapa pembicara yaitu Ahmed Shihab Eldinselaku Senior Correspondent AJ+, Ahmad Zaky bersama para panelis lain seperti Graeme Bukcley (Director of the ILO DWT/CO-Bangkok), Aya Chebbi (Founder of Afresist), Anele Mkuzo (Founder of the African Entrepreneurship Initiative), dan Vjosa Osmani Sadriu selaku Chair of the Foreign Affairs Committee at the Parliament of Kosovo. Para pembicara memaparkan tentang kondisi nyata pemikiran dari anak muda pada umumnya.

Source :www.imfconnect.org

Datastatistik yang ada menunjukkan bahwa lapangan kerja kaum muda telah meningkat sejak krisis keuangan global. Namun Buckley mencatat bahwa pengalaman kaum muda dalam angkatan kerja tidak  dapat ditangkap hanya dengan memperhatikan status pekerjaan,  sama pentingnya dengan jenis pekerjaan dan kualitas pekerjaan. Sebagian besar pekerjaan yang dilakukan oleh orang muda cenderung lebih santai, berjangka pendek, sementara, dan informal.

Zaky mengatakan bahwa teknologi memberikan peluang besar bagi kaum muda dan pengusaha. Pada kesempatan ini Chebbi dan Mkuzo lebih fokus memperhatikan tentang potensi teknologi untuk memecahkan masalah yang dihadapi oleh kaum muda. Para pembicara menyampaikan bahwa inti keprihatinan mereka adalah masalah akses, karena separuh dunia masih offline.

Salah satu pembicara berpendapat bahwa jika sistem pendidikan tidak berubah, angkatan kerja muda harus bersaing dengan mesin. “Kita perlu mengedukasi anak muda untuk memanfaatkan teknologi jika mereka ingin bersaing. Apa yang dibutuhkan anak muda saat ini bukan hanya jumlah lapangan kerja, melainkan juga kualitas lapangan kerja,” tutur Grasso selaku Deputy Managing Director IMF. Anak muda akan bersaing mendapat pekerjaan yang baik dengan para senior yang lebih berpengalaman dan diklaim lebih loyal pada perusahaan.

Setelah berlangsungnya IMF-WB Annual Meeting ini muncul harapan agar anak muda bisa diberikan kebebasan untuk memilih sendiri pekerjaan sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Selain itu, pemerintah diharapkan untuk bisa mendukung pendidikan formal serta mendukung pengembangan soft skill serta kreativitas yang nantinya dapat berguna bagi para generasi muda di dunia kerja masa depan.

*Editor : Yanuar Anose

banner 336x280

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *